Translate

Selasa, 05 November 2013

Jakarta – Kuala Lumpur – Shanghai – Hangzhou – Shanghai – Kuala Lumpur – Jakarta in 39 hours!


Jadi ceritanya gue baru mengalami perjalanan ter-random, ter-absurd, ter-ekspress, dan tidak terlupakan  dalam hidup gue J

Semuanya ini berawal dari dengan kebetulannya (alhamdulillah) 2 abstrak gue lolos ke APRU Global Health Program Workshop, yang akhirnya membuat gue diundang presentasi ke Zhejiang University, Hangzhou, China, tanggal 30 Oktober 2013 kemarin.

Nah sebelum detail-detail dari 39 jam perjalanan kemarin yang terlalu berharga untuk dilupakan itu terlupakan beneran, gue mau tulis disini ya J

Btw, terima kasih untuk Kantor Internasional UI yang sudah mensponsori perjalanan ini!



29 Oktober

Pesawat gue akhirnya berangkat juga dari Jakarta jam 19.50 lewat sedikit. Perjalanan gue yang pertama adalah Malaysia Airlines MH0724 ke Kuala Lumpur. Agak lucu juga sih karena perjalanan 2 jam itu gue manfaatkan untuk mengerjakan tugas dari Dr. Tri Rahayu di iPad gara-gara ada beberapa pertanyaan dari beliau yang tidak bisa gue jawab tadi siang pas ujian lisan mata hohoho J

Dan tidak terasa, pas banget ketika tugas itu gue selesaikan, pesawat sudah siap mendarat di Kuala Lumpur!

Akhirnya! Sempat juga gue menjejakkan kaki di ibu kota negeri jiran ini (meskipun baru di bandaranya hehe) J

Kesan pertama dari KLIA (Kuala Lumpur International Airport) adalah bandara-nya keren banget! Sepertinya Indonesia memang harus mengakui deh keunggulan negara tetangga kita ini kalau soal bandara internasional utamanya. Hm kalo dibandingkan sama KLIA, Soekarno-Hatta masih jelas harus berbenah. Gue paling salut sama kebersihannya, desain interiornya yang mirip Changi, dan yang paling membuat bengong, mereka punya Skytrain gratis buat penumpang yang transit antarterminal! Gue cuma bisa senyam-senyum sendiri waktu ingat di Soekarno-Hatta kalau mau transfer antarterminal harus pake shuttle bus. Well no problemo! Gue yakin Soetta suatu saat juga bisa se-sophisticated KLIA kok J

[KLIA]

[skytrain @ KLIA]

Setibanya gue di Terminal keberangkatan pesawat selanjutnya ke Shanghai, ternyata waiting roomnya belum dibuka. Buru-buru gue cari tempat duduk dan cari Wi-Fi gratis hohoho, dan rupanya Wi-Fi di KLIA membuat gue ngiler! Bantere puooool tenaaan! Bahkan internetnya JAUH lebih kencaaang dari Shanghai Pudong Airport. Gokil deh pokoknya KLIA J tugas untuk Dr. Tri Rahayu pun langsung gue kirim by email dengan kecepatan tanpa cela.

Jam 00.40 (30 Oktober) akhirnya penumpang dipersilakan naik pesawat. Pesawat akhirnya berangkat ke Shanghai jam 01.40. Perjalanan ke Shanghai ini juga naik Malaysia Airlines (MH0386). tapi berbeda dengan yang Jakarta – KL, penerbangan KL – Shanghai ini agak kurang nyaman buat gue karena gue tidak bisa tidur hiks, apalagi bapak-bapak disebelah gue mendengkur terus aka ngorok to the max -_-

Overall, pelayanannya Malaysia Airlines menurut gue cukup oke (meskipun menurut gue Garuda Indonesia lebih oke hehehe). Tapi kalau bisa diperbaiki, pramugari-pramugarinya jangan jutek-jutek amat dong makcik J ( no offense yaaa hehe)

Dan akhirnya, Jam 6.40 lebih sedikit, pesawat mendarat di Shanghai Pudong Airport! Kita di China sob!



30 Oktober
Setelah sempat dibuat terbengong-bengong sebentar sama Shanghai Pudong Airport, gue akhirnya melalui antrian imigrasi. Dan setelah rapi-rapi sebentar, gue siap berangkat ke Hangzhou!

Dari info-info yang sudah gue baca sebelumnya, ada 2 cara ke Hangzhou dari Shanghai Pudong Airport.

1)     Direct Bus dari Shanghai Pudong Airport ke Hangzhou
2)     High speed train Shanghai – Hangzhou.

Opsi pertama sebenernya jauh lebih praktis dan nyaman karena kita tidak perlu kemana-mana. Dari Shanghai Pudong Airport banget bisnya berangkat dan akan sampai di Wulinmen Square Hangzhou yang menurut info sudah cukup dekat dari Zhejiang University. Permasalahannya, sejauh yang gue baca, waktu perjalanan minimal adalah 3 jam (dengan asumsi traffic normal) dan bisnya baru berangkat jam 8.40. Berarti secepat-cepatnya gue sampai di Zhejiang University juga bakal jam 12.15 atau 12.30an lah. Padahal sesi presentasi gue dijadwalkan jam 1an (waktu itu masih jam 07.30an).

Kalau naik high speed train, Permasalahannya, high speed train ke Hangzhou itu berangkatnya dari Shanghai Hongqiao Railway Station, yang (menurut website) jaraknya 1 jam dengan naik airport shuttle bus dari Shanghai Pudong Airport. Nah terus dari Shanghai Hongqiao Railway Station, kita akan naik high speed train ke stasiun Hangzhou-dong (aka East Hangzhou Railway Station) yang durasi perjalanannya kira-kira 1 jam. Dari Stasiun Hangzhou-dong nanti harus lanjut naik subway ke 3 stasiun setelahnya, dan dari situ (katanya) sudah dekat kalau naik taksi ke Zhejiang University. Dengan pertimbangan bisa sampai ke Zhejiang University lebih cepat, gue pun akhirnya memutuskan menggunakan opsi kedua. Meskipun berarti harus nyasar-nyasar dulu mencari pool airport bus, nyasar di stasiun, di subway, dan lainnya. Tapi no problem! Gue udah membulatkan tekad untuk tahu gambaran sesungguhnya rakyat China dengan mengikuti transportasi umumnya J

Dan ternyata...jengjengjeng, welcome to China sob! Negeri dengan sedikit (banget) orang yang bisa berbicara bahasa Inggris, dan jadilah gue lost in translation :’)

Mulai dari saat menunggu bis airport dari Pudong ke Hongqiao, gue sempet bingung tadinya karena shelternya sepi banget! Cuma ada gue doang :’)

Menurut infonya pun seharusnya bis akan ada tiap 15 menit sekali, tapi ternyata, bisnya baru ada setelah 30 menit gue nunggu :’)



[Shanghai Pudong Airport]

Dan yang paling absurdnya, waktu gue lagi menunggu bis tiba-tiba ada seorang bapak menepuk punggung gue. Dia berbicara ke gue dengan bahasa Cina (which gue gangerti sama sekali). Doi menunjukkan isyarat dengan mengeluarkan uang 100 Yuan, menunjuk-nunjuk mobilnya, dan yang gue tangkap dari omongannya yang super panjang lebar kurang lebih seperti ini: “ (kumur-kumur)... Shanghai Pudong ... (kumur-kumur) Hongqiao ...( kumur-kumur) wussshh.. Station” setelah berpikir sebentar, gue baru sadar: ini taksi ilegal toh rupanya! Lol. Tapi yang creepy-nya setelah gue bilang dengan sopan no, thank you, dan bahasa isyarat lain untuk meyakinkan dia bahwa gue tidak berminat, dia persisten banget menawarkan mobil taksi ilegalnya sampai akhirnya mengeluarkan uang 50 Yuan. Hiy seram juga ya, mana airport shuttle bus-nya belum datang juga lagi. Untung ada seorang kakek-kakek yang akhirnya datang dan (sepertinya) memarah-marahi si sopir taksi ilegal itu. Si kakek akhirnya bilang ke gue dengan tersenyum (dengan bahasa Cina), intinya yang gue tangkap: “jangan naik itu”, karena kakek-kakeknya menyilangkan kedua tangannya hehe.

Jam 08.05 akhirnya Shuttle Bus ke Shanghai Hongqiao Railway Station datang, dan dengan girangnya gue buru-buru naik. Bis berangkat jam 08.10 dan ternyata it takes much longer time to Hongqiao.. gue baru sampe Hongqiao kira-kira jam 09.25.


 [Shanghai Hongqiao Railway Station]

Setelah sempat kebingungan, gue akhirnya menemukan seorang bapak-bapak security yang menunjukkan gue tempat membeli tiket kereta ekspress ke Hangzhou. Dan yang bikin gue terkesan, sejauh ingatan gue, beliau adalah orang pertama di China yang dengan ramahnya menunjukkan gue arah yang harus gue tuju J meskipun doi gabisa bahasa Inggris, doi rela mengantar gue sampai tepat di depan loket. Baik ya J

FYI, sedikit banget keterangan di Hongqiao yang ditulis dengan bahasa Inggris/alfabet biasa. Mayoritas dengan huruf Cina (yang sama sekali tidak bisa gue baca :””D

Nah tapi di antrian loket kereta ekspress tiba-tiba ada sesuatu yang absurd lagi. Tiba-tiba orang yang antri paling depan marah-marah ke petugas loket sampai memukul-mukul kaca loket. Oke, i don't have any idea itu marah-marahnya kenapa, gue pun sempat bengong sendiri kok bisa-bisanya gue terjebak di pertengkaran warga lokal yang bahasa maupun tulisannya aja gue tidak paham hahaha. situasi makin panas ketika orang-orang yang antri di belakang mulai menyeruak ke depan dan ikut-ikut adu mulut. Tapi akhirnya setelah 5 menit lebih ribut, bapak-bapak yang tadi marah-marah itu akhirnya pergi.

Pas gue beli tiketnya, sejujurnya agak kaget sih gue karena tiket, paspor, dan kembalian gue yang koin-koin itu dilempar. Yap guys, literally dilempar. Si petugas loketnya sih kelihatannya memang masih kesal karena dimarahi bapak-bapak yang tadi, tapi hmm.. thats not the right way they should treat tourist dong ya..

Anyway, semua tulisan di tiket kereta ekspressnya itu pake huruf Cina, jadi sekali lagi gue mereka-reka dan tanya-tanya ke bapak security yang baik tadi arti tulisan di tiket itu apa..

[tiket high-speed train]

Setelah sempat menunggu, kereta ekspress gue akhirnya berangkat ke Hangzhou jam 10.20. Satu hal yang gue salut banget dari kereta berkecepatan 170 km/jam ini adalah; mereka ontime banget! Kereta ekspressnya itu sendiri mirip sama Shinkansen punya Jepang, cuma agak sedikit kurang bersih dan kurang kinclong aja sih hehehe J


Jam 11.20 tepat gue sampai di Hangzhou. Dan rupanya, gue langsung memutuskan gue jauh lebih suka Hangzhou daripada Shanghai dari saat-saat pertama gue sampai di Stasiun. At least, orang-orang di Hangzhou lebih ramah, kalau gue tanya, meskipun mereka sama-sama tidak bisa jawab (seperti orang-orang di Shanghai), setidaknya mereka menunjukkan gesture minta maaf sambil tersenyum. Beda banget dengan di Shanghai yang kalau orang-orangnya gue tanya, mereka langsung memalingkan muka atau melengos begitu aja (seriously they did it).


Dari platform kereta ekspress, gue langsung menuju stasiun subwaynya. Di tengah pernyasaran gue, di stasiun subway gue baru sadar bahwa persediaan Yuan/RMB gue rupanya menipis. Gue perlu ke money exchange untuk menukarkan USD gue ke Yuan. Segeralah gue hampiri seorang security untuk tanya apakah di stasiun itu ada currency converter. Dan, again, rupanya pak satpam itu tidak bisa bahasa Inggris :’)

Setelah kelihatan kehabisan ide mau berbicara apa lagi ke gue, dia memberi tanda supaya gue menunggu sebentar sembari dia berbicara sesuatu di HT-nya. Daaan.. tidak beberapa lama kemudian, tiba-tiba ada seorang petugas stasiun yang masih muda (dan ganteng sob! :””D) menghampiri gue sambil tersenyum dan bilang: “excuse me, may i help you?”

Sob, oke mungkin adegan itu bisa jadi biasa banget kalo settingnya di Stasiun Depok Baru, tapi buat gue saat itu yang benar-benar kesasar di negeri orang tanpa siapapun yang bisa gue andalkan, adegan itu kayanya tidak akan gue lupakan sepanjang masa :”D

Setelah menghela napas lega, gue kasih tahulah ke doi bahwa gue harus ke stasiun subway ‘West Lake Cultural Center’, tapi sebelumnya gue harus menukar uang gue dulu dari USD ke Yuan. Doi menunjukkan ke gue cara menuju stasiun subway itu dengan benar, tapi dengan menyesalnya bilang bahwa di stasiun itu tidak ada money exchange. Dan dengan baiknya, dia malah yang beli tiket dong buat gue sampai ke stasiun subway tujuan :’D

Itu pertama kalinya gue bener-bener berinteraksi sama orang di China, dan pas gue tanya kenapa bahasa Inggrisnya bagus banget, rupanya dia pernah ke Amerika sebelumnya. Dia bilang dia bahagia banget karena akhirnya bisa membantu orang dan mengobrol-ngobrol dengan bahasa Inggris  lagi (saking nobody speaks english there!). Setelah mengucap banyak-banyak terima kasih dan bilang kalau bahasa Inggrisnya bagus banget, gue akhirnya berpisah sama doi setelah dia menunjukkan ke gue di platform mana gue harus menunggu subway untuk tujuan gue.

[Subway Hangzhou]

Subway di Hangzhou itu mirip banget MRT di Singapore. Dan setelah melewati tiga stasiun, sampailah gue di stasiun tujuan gue: West Lake Cultural Center!

Tapi lagi-lagi, belum sampai kita sob, menurut petunjuk dari panitia, dari Stasiun itu kita masih harus naik taksi yang kira-kira tarif argonya 25 Yuan. Ya sudah lah berbekal percaya diri dan baca bismillah gue stop salah satu taksi dan bilang gue mau ke Zhejiang University.

Proses memberitahu tujuan gue ke sopir taksi itu rempong banget hahaha, karena si sopir taksinya gangerti bahasa Inggris sama sekali. makan waktu yang lama banget sampe akhirnya si sopirnya mengerti maksud gue. Padahal dari awal gue udah menunjukkan di iPad gue alamat tujuan gue -_-

Setelah beberapa saat berbahasa tarzan, akhirnya si sopirnya tanya:

“Zijingang?”
Gue bilang. “YESSS! Zijingang!”

Dan baru deh setelah itu bapaknya ketawa dan taksi kita meluncur  menuju Zhejiang University kampus Zijingang. Rupanya masih JAUH sob dari stasiun tadi ke Zhejiang University, dan ternyata argonya bukan 25 Yuan dong, tapi 49 Yuan -_-. Di perjalanan yang kocaknya sopir taksinya selalu tanya-tanya (atau mengajak mengobrol ya?) ke gue, yang Cuma bisa gue jawan dengan “sorry, i dont understand”. Koplo J

Setelah akhirnya sampai di gerbang Zhejiang University, gue baru benar-benar bisa lega :”D apalagi setelah gue melihat spanduk besar ‘Welcome to APRU Global Health Program Workshop’. Sob, udah kelar nih lost in translation kita :”D
[Zhejiang University]

Begitu gue sampai di lobi, beberapa panitia langsung membukakan pintu taksi dan menyambut gue. Mereka langsung tanya: “Are You Fathimah?”

Dan setelah gue bilang ya, mereka langsung menghela napas lega karena tadinya mereka pikir gue nyasar betulan saking lamanya dari Shanghai ke Hangzhou. Tapi emang pas gue lirik iPad, oke, udah jam 12.25 LOL :D

Setelah sempat berkenal-kenalan sebentar, makan, dan siap-siap presentasi, akhirnya tibalah giliran presentasi gue sekitar jam 2. Setelah itu ada sesi tanya jawab serempak dengan 3 orang pembicara lainnya. Yang bikin gue bangga, rupanya dari sekian banyaknya pembicara di acara itu, gue doang yang masih mahasiswa J sisanya Prof-Prof atau dokter-dokter dari berbagai universitas di Asia Pasifik. Terharu dan bersyukur juga sih bisa jadi satu-satunya perwakilan UI di acara itu J

Nah di konferensi itu setelah sesi presentasi selesai tibalah sesi poster. Poster gue alhamdulillah juga salah satu yang ditampilkan di sesi itu.

Tapi sayangnya, karena harus mengejar transport balik untuk ke Shanghai sore itu, jam 16.30 gue sudah harus berangkat dari Hangzhou -_- gue target maksimal jam 9an sudah ada di Shanghai Pudong Airport lagi karena Metro (semacam KRL CommuterLine Jabodetabek) dari Hongqiao Station ke Pudong Airport paling malam beroperasi cuma sampai jam 21.30. Kalau lebih malam dari itu, gue terpaksa harus naik airport shuttle bus yang TERNYATA jarang. banget -_-

Beruntungnya gue karena waktu mau naik taksi ke Stasiun Subway Westlake Cultural Center gue dibantu sama panitia. Jadi yang ini tanpa komunikasi bahasa Tarzan J gue tinggal masuk, duduk manis, dan tiba-tiba sampe di Stasiun. Dan berbeda dengan waktu berangkatnya, gue akhirnya pun bisa menarik napas lega sambil menghirup udara segarnya Hangzhou dari taksi. Taksi-taksi disana memang semuanya jendelanya dibuka (mungkin karena sudah musim dingin juga). DAN semua taksi-taksi disana ngebut-ngebut banget parah, berasa di too fast too furious, mentang-mentang gaada macet LOL. Yang lucu, setiap taksi disana itu punya penyekat untuk membatasi supir dan penumpang. Taksi-taksi disana kalau menurut gue juga kalah bagus sih dibanding armada taksi bermaskot burung biru yang ada di Indonesia J

Sampai di stasiun Subway, gue berhasil beli tiket dan naik subwaynya tanpa cela (YES!). Sampai akhirnya gue tiba di Hangzhou-dong aka Hangzhou East Railway Station, gue kembali bingung karena tidak menemukan petunjuk dimanapun tentang tempat beli tiket kereta ekspress jarak jauh. Di tengah kebingungan, gue bertanya lagi ke seorang security yang justru malah jadi kelihatan lebih bingung dari gue. Di tengah-tengah tanya-menanya yang stuck itu tiba-tiba seorang bapak dan anak kecil menghampiri gue sambil tersenyum. Dan ketika gue bilang: "High Speed Train to Shanghai", bapaknya langsung ngomong: "ooo", dan memberi isyarat gue supaya ikut. Dia mengantar gue sampai cukup jauh, sampai eskalator tempat akhirnya gue bisa beli tiket. Anak perempuannya juga lucu banget! Dia bilang “hello! Hello!” Terus sama gue dan pas gue tanya: "Whats your name?" Dia jawab: "my name is Zhang" dengan girangnya (dan diulang-ulang) LOL J

[Hangzhou-Dong]

Akhirnya! Berhasillah gue beli tiket kereta ekspress ke Shanghai! Waktu itu masih jam 17.50, sementara kereta gue yang jam 18.30. ya sudah karena tiba-tiba perut berteriak-teriak minta diisi (gue baru sadar makanan gue sebelum itu seadanya banget), gue memutuskan untuk cari makan. Disaat kebingungan mau makan apa, bingung soal halal-haramnya dsb, tiba-tiba gue melihat huruf M kuning besar yang sangat familiar. Mata gue langsung berkaca-kaca bak Spongebob dinaikkan gajinya sama Mr. Krab. Langsung deh gue ke McDonalds stasiun Hangzhou-dong.


Dan yummy, disana mereka juga punya paket Spicy Chicken Burger dan French Fries. Meskipun pembelian gue itu paket McD termahal yang pernah gue beli (66 Yuan aka Rp 120ribuan), gue bahagia BANGET karena makan McD di ribuan mil jauhnya dari rumah itu rasanya... feels like home! Rasanya sama persis  kaya di McD Salemba yang sering banget gue tongkrongin :’D

Santapan McD kali itu gue nobatkan sebagai salah satu makanan paling nikmat yang pernah gue rasakan seumur hidup, beribu terima kasih buat McD yang selalu bisa membuat kita berasa seperti di rumah kemanapun kita pergi :'D

Setelah kenyang makan McD, gue langsung ke platform kereta gue dan setelah menunggu beberapa saat lagi akhirnya penumpang boleh naik kereta. Kereta berangkat dan dengan sangat tepat waktu sampailah kita kembali di Shanghai!!! Yeahhhh!

[Shanghai Hongqiao Railway Station]

Turun dari kereta ekspress, petunjuk untuk naik Metro bisa jelas banget kita temukan. Karena waktu itu masih jam 19.45, gue memutuskan mau naik Metro aja ke Shanghai Pudong Airport. Daripada naik airport shuttle bus yang jarang dan sepi itu. Metro di Shanghai itu sebenarnya mirip sama KRL CommuterLine Jabodetabek, versi lebih baru dan lebih bersih aja mungkin ya J Naik Metro dari Hongqiao ke Pudong itu berarti naik dari ujung-ke-ujung jalur metro.

Tapi guys, gue bener-bener tidak merekomendasikan naik Metro ke Pudong airport kalo lo lagi bener-bener kecapekan karena durasi perjalanannya 1 jam 45 menit! Apalagi kesempatan buat dapet kursi sedikit banget terutama saat rush hour. Gue sempat menyesal juga sih awalnya harus berdesak-desakan sama penumpang lainnya di Metro dalam kondisi capek yang secapek-capeknya (Oke kemarin malam di pesawat gue tidak bisa tidur, kemarinnya lagi juga tidak karena belajar buat ujian lisan Mata). Dan 1 jam 45 menit itu lama banget sooob!

Gue sudah tidak kuat lagi menahan kantuk dan pegal di kaki sampai akhirnya setelah 1 jam 30 menit gue berdiri ada orang yang turun dan gue dapat duduk. Gue langsung ketiduran di tempat! LOL :D

Sampai akhirnya bangun-bangun, keretanya sudah sampai di Pudong Airport hehehe

Di Pudong karena baru ham 21.45, gue memutuskan untuk duduk-duduk dulu di Departure Hall. Jam 23.30 akhirnya antrian Check-In buka. Gue langsung Check-In dan melalui Imigrasi sampai akhirnya tiba di Waiting Room untuk penumpang. Disana begitu menemukan kursi kosong, gue langsung duduk dan ketiduran saking capeknya.

Gue bener-bener tidur pulas banget. Saking pulasnya gue gasadar dan baru kebangun ketika tiba-tiba ada pengumuman: “Final Call for Passenger AirAsia D7331, please board the aircraft immediately”

Dan setelah gue mengucek-ngucek mata, gue baru sadar waiting room yang tadinya penuh udah kosong melompong tinggal gue doang!

Buru-buru gue bangun, lari, dan akhirnya naik ke pesawat. Untung masih boleh J hehe

Dan alhamdulillahnya gue dapat seat di dekat jendela, tanpa babibu gue langsung bersandar dan tertidur lagi....... Gue bahkan tidak sadar kapan pesawatnya take-off dari Shanghai LOL, gue bangun ketika tiba-tiba ada pengumuman "We’ll be landing in Kuala Lumpur shortly" hahaha

Parah sih capeknya.

Di Kuala Lumpur, gue solat subuh dan beli sarapan. bahagia banget sob akhirnya bisa solat di Musholla beneran J Ohiya, karena ini naik AirAsia, kita tidak transit di KLIA seperti kemarin. Kali ini gue transit di LCCT KL, sebuah bandara yang sederhana tapi cukup oke kok menurut gue J


Ketika akhirnya duduk di seat gue di pesawat menuju Jakarta, gue pikir ke-absurd-an gue berakhir sudah. Tapi ternyata belom pemirsa!

Tiba-tiba di sebelah gue duduk seorang bule Australia yang ramah banget, doi mengajak gue mengobrol, tanya-tanya tentang Indonesia, dan lain sebagainya, sampai akhirnya gue tau dia seorang misionaris. Dan akhirnya di perjalanan, dia menyodorkan gue Bible dan menjelaskan ayat-ayat yang sudah dia highlight sebelumnya. Oke.......... gue speechless mau komentar apa, hahaha. Untung gue masih percaya penuh sama agama gue dan solat lima waktu sekarang hehehe J

Pesawat akhirnya sampai jam 10.50an di Jakarta, and my journey officially end!

Seru banget bisa traveling alone! *meskipun jadi gabisa foto-foto sama sekali hiks :””””””D

Alhamdulillah! Terima kasih Allah karena telah memberiku kesempatan melihat dunia, dan terima kasih Allah karena telah membawaku pulang ke rumah dengan selamat! J




Jumat, 05 Juli 2013

Pada Suatu Pagi Hari - Sapardi Djoko Damono

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu
Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur 
Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
-Sapardi Djoko Damono, 1973

(rasanya tidak ada puisi lain yang lebih sempurna dari ini untuk menggambarkan perasaan gue sekarang)

Jumat, 29 Maret 2013


Halo semua! Apa kabar? 

Mau sedikit berbagi nih, ada yang sedikit membuat gue terharu hari  ini :’)
Barusan gue iseng masuk eks-kamar gue di rumah untuk mencari sesuatu (kamar ini sekarang sudah beralih fungsi menjadi gudang tambahan :”D, dan setelah menemukan barang yang gue cari, tiba-tiba setelah gue menyibak sebuah tirai gue melihat sesuatu yang membuat gue terpana!

Tenang..bukan tuyul atau jin beranak seperti di film Suzanna kok :”D

Yang gue lihat tidak lain dan tidak bukan adalah: Tas kertas putih berukuran sedang yang penuh bertuliskan huruf-huruf kanji (yang sampai sekarang gue pun belum tahu artinya apa hahaha). Dan ya Ampun, ini tas kesayangan gue banget! Tas ini punya sejuta memori indah yang akan selalu gue kenang sepanjang masa! Tas ini mengingatkan gue pada 15 hari di bulan Desember tahun 2009; masa-masa pertukaran pelajar waktu AFS saat SMA dulu. Tanpa pikir panjang lagi, dengan penuh haru biru gue membuka tas kertas berkarakter kanji itu :”””””D

Dan SubhanAllah, semuanya masih lengkap! Satu set baju semi-yukata hadiah dari host mom, hadiah-hadiah dari teman-teman di SMA Maruoka, SMA tempat gue sekolah selama 6 hari dulu. Boarding Pass, kartu hotel, brosur tempat wisata, foto-foto bersama host family, teman-teman, kertas origami, COKLAT (yang pastinya sekarang sudah kadaluwarsa dong hahaha), mini-bento-set, beberapa oleh-oleh yang belum sempat gue berikan (parah banget!hahaha), dan SURAT! Yaps, surat.

Gue jadi ingat salah satu kebiasaan orang-orang Jepang yang sangat gue kagumi. Mereka suka banget memberikan purezento/hadiah ke orang-orang (atau at least orang baru/tamu karena gue kebanjiran hadiah hehehe). Purezentonya mulai dari coklat (yang sampai sekarang gue putuskan untuk tidak memakannya sebagai kenang-kenangan :”D), permen karet, buku Komik (gue dikasih komik Doraemon donggg, rupanya kefanatikan gue sama Doraemon sudah sebegitu legendarisnya di sekolah :”D), gantungan HP, sampai bento-set. Astaga hadiah bento-set Rilakkuma ini yang paling terkenang banget sampai sekarang, tadi pun waktu melihatnya lagi gue memerlukan senyum-senyum sendiri :””D. FYI, bento-set Rilakkuma ini dihadiahkan oleh seorang siswa senior cowok di SMA gue, dan sayangnya, ganteng, ramah, dan sopan ga ketulungan..HAHAHA pantes paling diingat! #tempelengdirisendiri

Tapi tenang bukan bento-set Rilakkuma itu kok yang paling bikin gue terharu. Yang paling bikin gue terharu adalah waktu membaca surat-surat yang ditulis untuk gue. Astaga, kebiasaan orang Jepang untuk menulis surat buat tamu-tamu mereka ini membuat mereka minta dipeluk banget sih! :”D

Mereka tidak pernah malu menulis hal-hal yang emosional atau melankolis di surat, bahkan mereka memberikan suratnya langsung kepada kita di hari-hari terakhir pertemuan dan mempersilakan kita untuk membacanya di tempat. Tentu saja hal ini sukses membuat gue menangis terharu waktu membaca beberapa surat, terutama surat dari Okaasan dan Anna-chan (host Mom dan host sister gue waktu homestay di Fukui).

Ohiya, anak muda Jepang suka banget purikura!! Purikura adalah semacam photobox ++. Kenapa gue bilang plus-plus, karena berbeda dari photobox di Indonesia, Purikura di Jepang punya efek dramatis yang membuat siapapun yang foto didalamnya jadi terlihat lebih cantik dan ganteng (ini serius lho :”D). Sepertinya mereka punya teknologi face detector atau apapun itu sehingga tiba-tiba mata kita terlihat seperti memakai eyeliner tebal, bibir mengkilap bak pake lipstik, pipi halus dan lainnya. Sukses banget membuat gue yang culun waktu SMA terlihat lebih kece :”D

Berkaitan sama kebiasaan mereka menulis surat, banyak yang juga memasukkan purikura mereka ke dalam surat. Ide bagus sih untuk memastikan si penerima surat akan ingat selamanya sama pemberi surat.

Nah untuk menutup posting ini gue mau mencantumkan beberapa kalimat di surat-surat favorit gue. Parah, surat dari orang ini sukses membuat gue bertekad selapis baja (#5CMstyle) untuk kembali ke Jepang dan bertemu mereka :”D
Ya Allah berikan hamba waktu dan kesempatan untuk kembali kesana, aamiin :”)

1. “How about Hayashi ‘s home? How about the meal? Were you able to sleep well? Though I wanted to hear it a lot, I could not talk and listen in English. I’m sorry..
Please grant a dream to become a doctor. I pray in spite of being a shade, Fatima is all right.
-sepenggal surat dari Okaasan (host Mom gue, astagaaa..gue baru sadar rupanya sebegitu khawatir dan concernnya beliau sama gue waktu gue tinggal di rumahnya. Beliau memang gue akui tidak fasih berbahasa Inggris sama sekali, tapi gue tahu beliau sangat berusaha untuk membuat gue nyaman di rumah sederhananya. Gue jadi suka tertawa sendiri kalau ingat bagaimana dulu gue berkomunikasi sama keluarga dan teman-teman disana –CAMPURSARI banget hahaha! Sepatah kata Inggris sepatah kata Jepang, tanpa grammar tentunya hahaha. Eh tapi mungkin usaha gue untuk sebisa mungkin berkomunikasi dengan mereka ini mereka sambut dengan sangat baik lho. Di akhir periode homestay meskipun culun gue jadi exchange student yang paling banyak dapat surat, bahkan bila dibandingkankan bule-bule Australia yang cantik dan ganteng sesame exchange student satu sekolah. Waktu gue iseng tanya ke Anna-chan, itu katanya mungkin karena mereka tidak merasa takut berinteraksi dan berbicara sama gue, yang menurut mereka cukup mengerti bahasa Jepang dan artis-artis Jepang. (padahal PLIS BANGET gue cuma   selalu bilang Ohayou atau Konnichiwa, atau Arigatou, atau tersenyum sambil mengangguk-angguk bilang Daijobu kalau ada teman-teman yang sedang berusaha menyampaikan sesuatu ke gue sampai desperate hahaha :”D). Dan soal surat host Mom gue yang mendoakan gue jadi dokter, gue bahkan lupa kapan gue pernah berbicara soal itu ke beliau..terharu :”D

2. Surat dari Anna-chan (yang penuh purikuranya hahaha)
I am very sad when I think it to be parting with you in present days. I had Fatima and a lot of talks for these days and was very fun. If there is the opportunity when Fatima comes to Japan again, please come to my house. I wait anytime.”
-sepenggal kalimat dari suratnya Anna-chan. Parah host sister gue yang satu ini bikin kangen banget! Gue jadi inget hari-hari di rumah keluarga Hayashi yang sering gue habiskan begadang malam-malam untuk mengobrolkan apapun (See, we can chat a lot! Meskipun bahasa Inggris doi dan bahasa Jepang gue dangdut hahaha).

Ya Allah izinkan aku menulis cita-citaku disini: suatu saat aku akan ke Jepang lagi! Aamiin :”)